Minggu, 08 April 2012

Merapi's Vacation - Short story from Jogja

Akhirnya bisa kupaksakan diriku membuat postingan baru di blog. Kali ini, cerita mbolang ke kota cantik bernama Jogja...

Terburu-buru kupasang headset di telinga, persis ketika kursi kudapatkan, setelah 1 jam berdiri di dekat pintu bus Sumber Selamet jurusan Jogja. Maklum, libur panjang di minggu ini (Jumat-Minggu), dimanfaatkan oleh banyak orang untuk keluar rumah. Entah sekedar pulang kampung, bersilaturahim, sampai liburan. Lagu Jogjakarta by Ungu mengalun (coba ada versi Kla Project, pasti lebih asik)

pulang ke kotamu 
ada setangkup haru dalam rindu
masih seperti dulu tiap sudut menyapaku 
bersahabat penuh selaksa makna

terhanyut aku akan nostalgia
saat kita sering luangkan waktu
nikmati bersama suasana jogja

di persimpangan langkahku terhenti
ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
orang duduk bersila

musisi jalanan mulai beraksi
seiring laraku kehilanganmu
merintih sendiri ditelan deru kotamu

walau kini kau tlah tiada, tak kembali
namun kotamu hadirkan senyummu abadi
izinkanlah aku untuk selalu pulang lagi
bila hati mulai sepi tanpa terobati

musisi jalanan mulai beraksi
seiring laraku kehilanganmu
merintih sendiri ditelan deru kota

walau kini kau tlah tiada, tak kembali
namun kotamu hadirkan senyummu abadi
izinkanlah aku untuk selalu pulang lagi (untuk selalu pulang lagi)
bila hati mulai sepi tanpa terobati (bila hati mulai sepi tanpa terobati)

izinkanlah aku untuk selalu pulang lagi (izinkanlah lagi)
bila hati mulai sepi tanpa terobati (selalu pulang lagi, selalu pulang lagi)

Kamis sore itu, terburu-buru kumasukkan beberapa potong pakaian dan notebook ke dalam tasku. Dengan sigap, aku turun ke jalan raya di depan rumahku, lalu menghadang bus berwarna biru khas Sumber kencono, menuju Jogja. Meski dengan berdiri di samping pintu bus, tak menghalangi semngatku untuk mbolang, karena aku sedang sangat penat. Alone, like usual.

Kupandangi saja jalanan yang mulai redup warnanya. karena matahari sudah semakin menyingsing. Kerlip lampu jalan mulai menggantikan penerangan senja. Warna jalan menguning di bawah temaram lampu jalan yang berbaris manis dan rapi. Bersisian dengannya, cemara-cemara yang menjulang bersaing ketinggian dengan papan-papan reklame. Saat itu aku sudah sampai di Caruban, ketika kudapat tempat duduk di belakang pak supir. 

Senang sekali rasanya, menyusuri jalanan, menuju Jogja. Kota yang begitu manis oleh Gudegnya. Yang romantis, oleh suara-suara merdu musisi jalanan. Juga kota yang manis oleh banyak kenangan. lagu Yogyakarta cukup mewakili suasana hatiku saat itu.

Suara yang tak terlalu sumbang, milik pengamen bus mulai memenuhi sekotak kendaraan beroda empat ini. Musiknya riuh rendah oleh tabuhan gendang, gemerincing tamborin, dan petikan gitar yang menemani, mengumandangkan lagu yang gembira. Akupun patut bergembira, menyongsong Jogja.

23.30. Jogja menyambut dengan hawa dinginnya. Hampir tengah malam, tentu udara sudah mulai tak bersahabat. Untuk itu, aku tak berlama-lama, menuju angkringan. Teh manis, yang manisnya begitu khas oleh gula batu, dan sedikit perasan jeruk lemon, sangat bersahabat dan menghangatkan. Sambutan Jogja yang bagitu khas dan manis, membuatku kembali merasakan getaran-getaran rindu, untuk kota istimewa ini. Beberapa menit bercengkrama dengan malam dan sinar purnama, cukup membuatku merasakan lelahnya perjalanan panjang. Kuputuskan memesan sebuah kamar di sebuah penginapan sekitar Umbul Harjo, aku lupa nama tempat menginapnya.

Taraaaa.... Pagi sudah datang, waktunya mbolang. Pagi itu aku sarapan pagi dengan lontong khas Sumatera, lalu meluncur ke kampus salah seorang temanku, ke AKINDO (Akademi Komunikasi Indonesia). Pagi yang cerah, dengan angin yang menerpa, mengantarkan perjalanan mbolang yang riang.

Selepas dari AKINDO, melihat kampus spesialis komunikasi, tempatnya anak-anak belajar broadcast, periklanan, dan... apa ya?  aku lupa spesialisasi jurusan lainnya, aku berniat meluncur ke Malioboro. Saat-saat penat seperti ini memang asik untuk window shopping. Niat manisku sedikit terhalang. aku ingat pusat buku di sekitar sana. Di sebelah taman budaya. Ada baiknya aku mampir dulu kesana. Seru sekali, beputar-putar di sekeliling jutaan buku, dan... Aku dapat buku baru Asma Nadia, 'Twitografi Asma Nadia'. Buku seru buat nemenin travelling nih...

Puas berputar-putar dan bertanya judul ini itu ke para penjual buku, aku tertarik melihat spanduk pameran di Taman Budaya. Sedang ada pameran Lukisan. Wah, asyik nih... menambah ragam perjalanan.


aduwh... lupa gak bw charge, padahal q d jogja. parah.. lanjut next time.


Jogja, 08.04.2012. 14:25