Kamis, 29 Desember 2011

Esensi sebuah nama: Yuli

Setiap orang selalu ingin mengenalkan dirinya, atau membuat orang lain mengenalnya. Bahkan belakangan sering muncul sindrom eksistensi diri; individu ingin dikenal, didengar, diperhatikan, dan mendapat pujian. Seringkali kemunculan sindrom ini tidak berimbang, karena hanya teraktual pada dirinya, tanpa melakukan feedback untuk memperhatikan dan juga mengenali orang lain. I hope I'm not like it.

Aku juga ingin mengenalkan diriku, dan sedikit mengingat-ingat prestasiku yang tidak pernah aku appresiasi. Baru kali ini aku coba-coba mengingatnya kembali sambil membuka piagam-piagam zaman sekolah dulu. Ternyata ada juga, semangat itu, semangat anak sekolahan.

Nama lengkapku Yuliana Setia Rahayu. Nama yang mudah dieja, tapi terkadang masih salah dalam penulisan. Kesalahan paling sering pada 'Setia' yang ditulis 'Setya'. Kata setia memang kurang lazim untuk nama, tapi ejaannya sempurna kan? sesuai EYD, hehehe. Kesalahan fatal yang pernah dialami namaku, ketika ditulis menjadi Yuliana Setianingsih, atau Yulia Setiana Rahayu. Ini akibat kalau tak benar-benar terkenal ya, huft.

Di usiaku yang sekarang, aku paling suka dipanggil Yuli. Jangan Yuliana, aku merasa asing dengan nama itu. Nama kecilku Liana. Panggilan dari seluruh keluarga dan tetangga. Nama panggilan yang indah, namun selalu asing jika disebut oleh orang yang tak biasa memanggilku dengan nama itu. Setiap kenaikan jenjang pendidikan, aku selalu berusaha mengubah panggilan Yuli dengan Liana. Tapi sayang, teman-temanku lebih mudah memanggilku Yuli. Jika dipikir-pikir, nanti aku juga yang akan bingung, punya banyak nama di antara teman-temanku, jangan-jangan nanti akan sulit mengidentifikasi diriku. Sekarang aku malah begitu mencintai nama itu. Kata Yuli dan Rahayu, adalah dua yang paling kusenangi dari namaku.

Nama panjangku itu, pernah kutanyakan artinya pada ibuku. Waktu itu aku sudah duduk di bangku SMA, karena baru pada usia itu aku bisa sedikit dekat dengan ayah dan ibuku. Sebelumnya, tepatnya di kelas 4 SD, ketika sudah ada pelajaran bahasa daerah di sekolah, aku tahu arti kata "Rahayu" dari buku Pepak Basa Jawa, artinya keselamatan, ucapan selamat datang. Setelah kukonfirmasi, memang bapak yang asli Jawa yang menyandingkannya dengan kata Yuliana Setia. Nama Yuliana sendiri, inspirasinya adalah sebuah Telenovela tahun '90-an (kalau tidak salah, kata ibuku judulnya Little Miss) yang tokoh protagonisnya bernama Yuliana. Kata ibuku, dia adalah tokoh yang cantik, baik hati, pintar dan sabar. Jadilah nama itu diambilnya untukku. Ah ibu, untungnya dulu sinetron belum booming, bisa-bisa namaku jadi Binar, Bening, Berlian, atau bahkan Amira.

Ketika mendalami Islam, aku pernah bersedih atas namaku. Namaku tidak diambil dari bahasa Al Qur'an. Nama yang demikian akan dipanggil oleh Allah di urutan terakhir, karena pelafalannya berbeda dengan bahasa Kalamullah. Sampai pernah terbesit dalam benakku untuk berganti nama. Tapi sungguh, nama ini adalah doa paling kekal yang dipanjatkan kedua orang tuaku. Aku harus bangga dengannya. Kelak aku akan memperbaikinya pada keturunan-keturunanku.

Soal nama, ternyata masih panjang. Ada nama-nama lain yang pernah kubuat sebagai identitasku. Saking banyaknya sampai aku bingung, mana yang harus aku kenalkan sebagai nama penaku nanti, jika suatu saat aku benar-benar menjadi penulis. Yah, nama pena. Kata orang kita perlu dikenal dengan nama yang menjual. Tapi bukan jual nama ya.

Nama pertama yang selalu kucoretkan pada lembar-lembar karyaku adalah "U_Ly" yang kata teman-temanku keren. Sebenarnya ini menyalahi ejaan dan sok Inggris. Pelafalannya menggunakan bahasa inggris campuran. loh, memang ada? Ada. Ya nama itu. "U" di eja Yu, dan "Ly" di eja Li. bacaanya tetap Yuli. Tapi harusnya jika memang memakai ejaan inggris, membacanya Yu-Lay kan? Begitulah bahasa gaul era milenium.

Nama kedua Liliput. Nama ini masih terus kupakai sebagai ID jika sedang bermain game. Game apapun, selalu kumasuki dengan nama ini. Nama yang gamers kan?

Nama selanjutnya, Qathrun Yuli Nada. Aku paling suka nama ini. Qathrunnada adalah bahasa Arab yang artinya setetes embun. Sebenarnya aku merencanakan nama ini untuk nama anakku nanti. Tapi kok lama sekali, jadi kupakai saja, hohoho. Aku menemukan nama ini ketika sedang membuka-buka buku Kumpulan Nama Anak Islami, yang dibeli bule'ku untuk mencarikan nama anaknya. Di ID ini aku sisipkan nama Yuli, karena seperti yang kubilang, aku benar-benar menyukainya. Nama ini adalah nama kedua untuk akun facebookku, setelah nama asliku.

Nama keberapakah Ummi Yuli Hurairah? Nama ini muncul akibat kegandrunganku pada kucing. Hewan satu itu memang sangat menggemaskan. Dimanapun aku menemui mereka, aku selalu menyapa dan mengajak mereka bermain. Apalagi kucing-kucing kecil yang baru lahir. Mereka sangat lucu, lincah, dan menggemaskan. Kebiasaan ini membuatku mendapat julukan Ummi Hurairah dari beberapa saudara dan sahabat. Akhirnya ini memotivasiku untuk mengubah nama akunku setelah Yuli Yang Baru dan Yuli Lebih Baru menjadi Ummi Yuli Hurairah. Wah, gandrung sekali aku gonta-ganti nama akun ya. Ini mungkin karena aku yang gampang sekali bosan.

Nama terakhir -semoga aku tak ingin membuat nama lagi-, adalah Yuli Ramahayu. Nama ini akhirnya menjadi nama penaku, arena paling dekat dengan nama asliku. Sebenarnya cukup dengan Yuli Rahayu, tapi ternyata nama ini sangat banyak, angat pasaran, hehehe. Jadilah Kusisipi kata Rama disana, yagn jika digabung dengan namaku menjadi Yuli Ramah-ayu. Sedikit doa untuk diriku sendiri.

Yuli Ramahayu, Telang, 301211

Sudah, itu saja soal namaku. Tapi daripada bacaan di atas tiada manfaatnya, aku copaskan sebuah artikel ya:

Oleh: Anna Mariani Kartasasmita, SH. MPsi. dipostkan di http://daruljannah.blogdetik.com/2008/05/09/pengaruh-nama-pada-anak/

Pengaruh Nama pada Anak

Para ahli sosiologi berpendapat bahwa nama yang berikan orangtua kepada anaknya akan mempengaruhi kepribadian, kemampuan anak dalam berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana cara orang menilai diri si pemilik nama.

Banyak alasan dan pertimbangan para orangtua dalam memilihkan nama anak. Ada yang menyukai anaknya memiliki nama yang unik dan tidak ‘pasaran’. Mungkin mereka tidak suka membayangkan ketika nama anaknya dipanggil di depan kelas, ternyata ada lima orang anak yang maju karena kebetulan namanya sama. Ada yang lebih suka anaknya memiliki nama yang singkat dan mudah diingat. Orangtua seperti ini akan beralasan, “Toh nanti anakku akan dipanggil dengan nama bapaknya di belakang namanya”. Walaupun pernah kejadian orang Indonesia yang diharuskan mengisi suatu formulir di negara Eropa agak kebingungan karena diharuskan mengisi kolom nama keluarga. Padahal sebagaimana juga kebanyakan orang Indonesia, nama yang ada di kartu indentitasnya hanya nama tunggal, tanpa nama keluarga atau bin/binti.

Beberapa orangtua lain memilihkan nama yang megah untuk buah hati mereka. Sementara bagi kalangan tertentu ada kepercayaan jika anak ‘keberatan nama’ nanti bisa sakit-sakitan. Sebagian orang ada yang menganggap nama sebagai sesuatu yang biasa, sekedar identitas yang membedakan seseorang dengan yang lain. Ada lagi yang memilihkan nama untuk anaknya berdasarkan rasa penghargaan terhadap seseorang yang dianggap telah berjasa atau dikagumi. “As a tribute to” demikian alasannya.

Sebagai orangtua, kita perlu tahu makna dari sebuah nama dan mempertimbangkan yang terbaik untuk anak kita. Bayangkan bahwa anak kita akan menyandang nama tersebut sejak tertulis di akte kelahiran, hingga di hari akhir nanti.

Bagi umat muslim, nama adalah doa yang berisi harapan masa depan si pemilik nama. Para calon orang tua yang peduli tidak hanya berusaha memilih nama yang indah bagi anaknya, tapi juga nama yang memiliki arti yang baik dan memberikan dampak atau sugesti kebaikan bagi anak. Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam buku Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam menyebutkan beberapa hal penting tentang pemberian nama kepada anak.

Menurut beliau kita para orangtua hendaknya:

1. Memberikan nama segera setelah bayi dilahirkan. Lamanya berkisar antara sehari hingga tujuh hari setelah dilahirkan. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda, “Tadi malam telah lahir seorang anakku. Kemudian aku menamakannya dengan nama Abu Ibrahim.” (Muslim).

Dari Ashhabus-Sunan dari Samirah, Rasulullah saw. bersabda, “Setiap anak itu digadaikan dengan aqiqahnya. Disembelihkan (binatang) baginya pada hari ketujuh (dari hari kelahiran)nya, diberi nama, dan dicukur kepalanya pada hari itu.”

2. Memperhatikan petunjuk pemberian nama, dengan mengatahui nama-nama yang disukai dan dibenci. Ada pun nama-nama yang dianjurkan Rasulullah saw. adalah:

Nama-nama yang baik dan indah. Rasulullah saw. menganjurk, “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti kamu sekalian akan dipanggil dengan nama-nama kamu sekalian dan nama-nam bapak-bapak kamu sekalian. Oleh karena itu, buatlah nama-nama yang baik untuk kamu sekalian“.

* Nama-nama yang paling disukai Allah yaitu Abdullah dan Abdurrahman.

* Nama-nama para nabi seperti Muhammad, Ibrahim, Yusuf, dan lain-lain.

Sedangkan nama-nama yang sebaiknya dihindari adalah:

* Nama-nama yang dapat mengotori kehormatan, menjadi bahan celaan atau cemoohan orang.

* Nama yang berasal dari kata-kata yang mengandung makna pesimis atau negatif.

* Nama-nama yang khusus bagi Allah swt. seperti Al-Ahad, Ash-Shamad, Al-Khaliq, dan lain-lain.

Pengaruh nama pada anak:

Orangtua seharusnya berusaha memberikan sebutan nama yang baik, indah dan disenangi anak, karena nama seperti itu dapat membuat mereka memiliki kepribadian yang baik, memumbuhkan rasa cinta dan menghormati diri sendiri. Kemudian mereka kelak akan terbiasa dengan akhlak yang mulia saat berinteraksi dengan orang-orang disekelilingnya.

Anak juga perlu mengetahui dan paham tentang arti namanya. Pemahaman yang baik terhadap nama mereka akan menimbulkan perasaan memiliki, perasaan nyaman, bangga dan perasaan bahwa dirinya berharga.

Bagi lingkungan keluarga, adalah hal yang penting untuk menjaga agar nama anak-anak mereka disebut dan diucapkan dengan baik pula. Sebab ada kebiasaan dalam masyarakat kita yang suka mengubah nama anak dengan panggilan, julukan, atau nama kecil. Sayangnya nama panggilan ini terkadang malah mengacaukan nama aslinya. Nama panggilan ini kadang selain tidak bermakna kebaikan juga bisa mengandung pelecehan. Hal ini kadang terjadi karena nama anak terlalu sulit dilafalkan, baik oleh orang-orang disekitarnya bahkan bagi sang anak sendiri.

Nama yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih akan membuat orang menyingkat nama tersebut menjadi satu atau dua suku kata. Misalnya Muthmainah akan disingkat menjadi Muti atau Ina. Sedangkan nama yang memiliki huruf ‘R’ biasanya akan lebih sulit dilafalkan anak yang cenderung cedal pada usia balita. Maka nama-nama seperti Rofiq (yang artinya kawan akrab) akan dilafalkan menjadi Opik, nama Raudah (taman) dilafalkan menjadi Auda.

Nama yang unik dan berbeda apalagi megah, mungkin memiliki keuntungan tersendiri. Namun nama yang demikian dapat menyebabkan beberapa masalah. Nama yang sulit diucapkan dapat membuat orang-orang sering salah mengucapkan atau menuliskannya. Ada suatu penelitian yang menunjukkan bahwa orang sering memberikan penilaian negatif pada seseorang yang memiliki nama yang aneh atau tidak biasa.

Dr. Albert Mehrabian, PhD. melakukan penelitian tentang bagaimana sebuah nama mengubah persepsi orang lain tentang moral, keceriaan, kesuksesan, bahkan maskulinitas dan feminitas. Dalam pergaulan anak yang memiliki nama yang tidak biasa mungkin akan mengalami masa-masa diledek atau diganggu oleh teman-temannya karena namanya dianggap aneh. Pernah mendengar ada seseorang yang bernama Rahayu ternyata seorang laki-laki?

Jika ingin menamai anak dengan nama orang lain, ada baiknya memilih nama orang yang sudah meninggal dunia dan telah terbukti kebaikannya. Jika orang tersebut masih hidup, dikuatirkan suatu saat orang tersebut berubah atau mengalami kehidupan yang tercela. Sudah banyak contoh orang-orang yang pada sebagian hidupnya dianggap sebagai orang besar, ternyata di kemudian hari atau di akhir hayatnya digolongkan sebagai orang yang banyak dicela masyarakat. Kita harus menjaga jangan sampai anak kita menanggung malu karena suatu saat dirinya diasosiasikan dengan orang yang tidak baik.

Beruntunglah kita, karena di Indonesia nama-nama Islami sangat biasa dan banyak. Sehingga tidak ada alasan merasa malu atau aneh memiliki nama yang Islami. Hanya saja mungkin dari segi kepraktisan perlu dipertimbangkan nama anak yang cukup mudah diucapkan, tidak terlalu pasaran tapi tidak aneh, dan sebuah nama yang akan disandang anak kita dengan bangga sejak masa kanak-kanak hingga dewasa nanti. Wallahu alam.

Sumber: Dakwatuna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar