Kerongkonganku tercekat,
aku bahkan tak bisa bicara
Aku sedang
menatap kosong ke angkasa,
Aku menangis..
Dan aku mencoba
untuk melupakan
Bantu aku
melupakanmu..
Sendirian,
Aku terus
berbicara pada diriku sendiri
Lalu berhenti,
Karena aku
terluka, karena aku terbakar di dalamnya
Kukatakan pada
diriku sendiri, aku tak punya apa-apa selain cinta
Apakah aku
merasa sakit hati? apakah aku merasa tertekan?
Kataku pada
diriku sendiri, jangan jatuh cinta lagi, kumohon lupakan,
berhenti, lupakan
saja,
aku telah memutuskan
Tetapi
bayanganmu kembali lagi,
Tak ada yang
terjadi, bahkan jika kau melupakanku,
Setelah beberapa
hari aku akan baik-baik saja
Aku akan
tertidur setelah menangis dan tertawa
Aku mengangkat
telepon lalu meletakkannya
Seperti orang
bodoh, Persis seperti orang bodoh
Aku seperti gila
ingin berjumpa denganmu
Aku seperti
tergila-gila merindukanmu, ingin berhenti dan lupakan,
Karena aku
sangat lelah
Aku begitu lelah
Airmata telah
menyelimuti mataku
Membuat bayangan
wajahmu menjadi kabur sekarang
Tiba saatnya
untuk melupakan
Sekarang, ‘tuk beberapa
saat, aku tak bisa lagi tertidur lelap
Mencoba untuk tak
memikirkanmu, namun kau kembali dalam anganku
Semuanya akan
baik-baik saja,
Hanya beberapa
hari lagi, lalu aku akan lupa
Seperti es,
hatiku pasti akan meleleh
Aku seperti orang
bodoh
Aku sangat
lelah, karena aku begitu lelah
Airmata
menyelimuti mataku..
Tak
inginkah membalas salam perpisahanku? Setelah lima tahun, tujuh puluh dua hari.
Bukankah itu waktu yang lama untuk menciptakan kenangan. Apakah terlupakan
begitu saja? Kau bahkan tak mengucapkan sepatah katapun.
Hati
manusia memang begitu, akan berubah, tak pernah ada kata ‘selamanya’. Aku bahkan
tak bisa selamanya melakukan hal-hal yang membuatmu bahagia, hanya sesekali
saja. Bolehkah aku bertahan untukmu, mungkin kau ingin kembali. Mungkin kau
yang berjanji akan membuatku bahagia. Aku selalu menunggu, selama waktu yang
aku miliki. Mungkin saja aku dan kau bisa bahagia.
Kau
selalu penting bagiku, dan kaupun bisa penting untuk orang lain, mungkin untuk
kekasihmu yang akan datang. Bertemu denganmu membuatku beruntung dan bahagia. Tapi
silahkan, temukanlah orang-orang yang menyayangimu melebihi aku. Aku mungkin
tak mampu berbuat lebih jauh untukmu. Tak bisa lebih dalam menyayangimu. Hanya sebatas
ini hatiku terbuat untuk menyayangimu.
Mungkin
aku akan pergi. Maka aku ingin orang melihatku pergi dengan bahagia, sebagai
seorang yang ceria, yang naif dan tanpa beban. Aku pernah mendapatkan cinta,
dan aku akan melihatnya kembali, sebagai kenangan yang indah. Melihat kembali
apa yang pernah cinta berikan untukku.
Aku
akan tegar ketika berkata, aku mencintaimu. Dan meninggalkanmu pergi, karena
tak ada lagi kata darimu untuk membalasku. Kau melepaskanku begitu saja. Maka aku
akan rela. Perasaan tulus itu mungkin bukan milikku lagi.
Tak
ada ketulusan yang bebas dari kesalahpahaman. Meski kau selalu salah paham, aku
tak ingin lagi menjelaskannya. Biar saja kau tetap seperti itu. Agar kau tak
terluka. Biar aku saja. Menyembunyikan semuanya juga membuat lelah. Carakulah yang
salah. Aku hanya tau mencintai, tapi tak tau bagaimana melakukannya. Apalagi terhadapmu.
Aku tak tau cara mencintaimu. Rumit.
Aku
selalu ingin mencintaimu. Adakah harapan seperti itu di dunia ini? Aku bahagia,
meski yang kau lihat adalah air mata. Adakah air matamu yang begitu dalam
untukku? Mungkin tidak. Tapi aku akan tetap tegar. Kau memberiku alasan untuk
hidup. Kau memberiku harapan untuk bertahan, untuk menunggumu, mungkin kau
kembali. Ketika itu terjadi, aku ingin ada disana, menyambutmu.
Mungkin
aku merusak hidupku sendiri. aku menyadarinya, ketika kau tak lagi mencegahku
ketika aku ingin pergi. Hatimu telah keras olehku. Salahku. Akupun marah dan
membenci diriku.
Jika
saja aku bisa memutar waktu, kita akan duduk berhadapan, dan mengatakan
semuanya dengan baik. Harapanku sungguh rapuh. Bagaimana mungkin waktu akan
kembali. Tapi meski begitu, kau sama sekali tak memberiku kesempatan kedua. Seakan
semuanya menjadi salah, untuk selamanya. Tak ada lagi yang bisa diubah.
Hiduplah
dengan baik tanpaku. Tentu, kau pasti melakukannya meski tanpa kuminta. Kau tak
lagi mendengarku, untuk menemukan hidup yang baik tanpaku. Aku tak bisa lagi
menempatkan semuanya ke tempat asalnya. Maafkan aku.
Setelah
waktu berlalu, mungkin kau tak akan lagi mengenang apapun. Dan aku mungkin bisa
melupakannya. Tak lagi mengingat, kenangan itu entah seperti apa. Jika saatnya
tiba, mungkin aku bisa memaafkan diriku sendiri. Aku telah berjanji tak aka
mengganggumu, maka aku akan pergi. Mungkin itu yang paling kau inginkan.
Semuanya
hanya kukatakan dengan mungkin. Karena diammu, membuatku tak pernah tau apa
yang sebenarnya terjadi. Aku merasa tiada artinya untukmu. Semoga aku benar. Karena
itu cukup, menjadi alasanku menangis.
Hidup
yang kujalani bersamamu, seakan itu adalah hidup yang terakhir dari takdir yang
kupunya. Aku bahagia dengannya, dan semua berhenti disana. Semakin ke depan,
sudah semakin tak terasa. Miyanhae.. really sorry..
Saranghae..