Rabu, 18 Januari 2012

Kata mutiaraku, kata terakhirku..


Kerongkonganku tercekat, aku bahkan tak bisa bicara
Aku sedang menatap kosong ke angkasa,
Aku menangis..
Dan aku mencoba untuk melupakan
Bantu aku melupakanmu..

Sendirian,
Aku terus berbicara pada diriku sendiri
Lalu berhenti,
Karena aku terluka,  karena aku terbakar di dalamnya
Kukatakan pada diriku sendiri, aku tak punya apa-apa selain  cinta
Apakah aku merasa sakit hati? apakah aku merasa tertekan?

Kataku pada diriku sendiri, jangan jatuh cinta lagi, kumohon lupakan, 
berhenti, lupakan saja, 
aku telah memutuskan
Tetapi bayanganmu kembali lagi,

Tak ada yang terjadi, bahkan jika kau melupakanku,
Setelah beberapa hari aku akan baik-baik saja
Aku akan tertidur setelah menangis dan tertawa
Aku mengangkat telepon lalu meletakkannya
Seperti orang bodoh, Persis seperti orang bodoh

Aku seperti gila ingin berjumpa denganmu
Aku seperti tergila-gila merindukanmu, ingin berhenti dan lupakan,
Karena aku sangat lelah
Aku begitu lelah

Airmata telah menyelimuti mataku
Membuat bayangan wajahmu menjadi kabur sekarang
Tiba saatnya untuk melupakan

Sekarang, ‘tuk beberapa saat, aku tak bisa lagi tertidur lelap
Mencoba untuk tak memikirkanmu, namun kau kembali dalam anganku
Semuanya akan baik-baik saja,
Hanya beberapa hari lagi, lalu aku akan lupa
Seperti es, hatiku pasti akan meleleh

Aku seperti orang bodoh
Aku sangat lelah, karena aku begitu lelah
Airmata menyelimuti mataku..

Tak inginkah membalas salam perpisahanku? Setelah lima tahun, tujuh puluh dua hari. Bukankah itu waktu yang lama untuk menciptakan kenangan. Apakah terlupakan begitu saja? Kau bahkan tak mengucapkan sepatah katapun.
Hati manusia memang begitu, akan berubah, tak pernah ada kata ‘selamanya’. Aku bahkan tak bisa selamanya melakukan hal-hal yang membuatmu bahagia, hanya sesekali saja. Bolehkah aku bertahan untukmu, mungkin kau ingin kembali. Mungkin kau yang berjanji akan membuatku bahagia. Aku selalu menunggu, selama waktu yang aku miliki. Mungkin saja aku dan kau bisa bahagia.
Kau selalu penting bagiku, dan kaupun bisa penting untuk orang lain, mungkin untuk kekasihmu yang akan datang. Bertemu denganmu membuatku beruntung dan bahagia. Tapi silahkan, temukanlah orang-orang yang menyayangimu melebihi aku. Aku mungkin tak mampu berbuat lebih jauh untukmu. Tak bisa lebih dalam menyayangimu. Hanya sebatas ini hatiku terbuat untuk menyayangimu.
Mungkin aku akan pergi. Maka aku ingin orang melihatku pergi dengan bahagia, sebagai seorang yang ceria, yang naif dan tanpa beban. Aku pernah mendapatkan cinta, dan aku akan melihatnya kembali, sebagai kenangan yang indah. Melihat kembali apa yang pernah cinta berikan untukku.
Aku akan tegar ketika berkata, aku mencintaimu. Dan meninggalkanmu pergi, karena tak ada lagi kata darimu untuk membalasku. Kau melepaskanku begitu saja. Maka aku akan rela. Perasaan tulus itu mungkin bukan milikku lagi.
Tak ada ketulusan yang bebas dari kesalahpahaman. Meski kau selalu salah paham, aku tak ingin lagi menjelaskannya. Biar saja kau tetap seperti itu. Agar kau tak terluka. Biar aku saja. Menyembunyikan semuanya juga membuat lelah. Carakulah yang salah. Aku hanya tau mencintai, tapi tak tau bagaimana melakukannya. Apalagi terhadapmu. Aku tak tau cara mencintaimu. Rumit.
Aku selalu ingin mencintaimu. Adakah harapan seperti itu di dunia ini? Aku bahagia, meski yang kau lihat adalah air mata. Adakah air matamu yang begitu dalam untukku? Mungkin tidak. Tapi aku akan tetap tegar. Kau memberiku alasan untuk hidup. Kau memberiku harapan untuk bertahan, untuk menunggumu, mungkin kau kembali. Ketika itu terjadi, aku ingin ada disana, menyambutmu.
Mungkin aku merusak hidupku sendiri. aku menyadarinya, ketika kau tak lagi mencegahku ketika aku ingin pergi. Hatimu telah keras olehku. Salahku. Akupun marah dan membenci diriku.
Jika saja aku bisa memutar waktu, kita akan duduk berhadapan, dan mengatakan semuanya dengan baik. Harapanku sungguh rapuh. Bagaimana mungkin waktu akan kembali. Tapi meski begitu, kau sama sekali tak memberiku kesempatan kedua. Seakan semuanya menjadi salah, untuk selamanya. Tak ada lagi yang bisa diubah.
Hiduplah dengan baik tanpaku. Tentu, kau pasti melakukannya meski tanpa kuminta. Kau tak lagi mendengarku, untuk menemukan hidup yang baik tanpaku. Aku tak bisa lagi menempatkan semuanya ke tempat asalnya. Maafkan aku.
Setelah waktu berlalu, mungkin kau tak akan lagi mengenang apapun. Dan aku mungkin bisa melupakannya. Tak lagi mengingat, kenangan itu entah seperti apa. Jika saatnya tiba, mungkin aku bisa memaafkan diriku sendiri. Aku telah berjanji tak aka mengganggumu, maka aku akan pergi. Mungkin itu yang paling kau inginkan.
Semuanya hanya kukatakan dengan mungkin. Karena diammu, membuatku tak pernah tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku merasa tiada artinya untukmu. Semoga aku benar. Karena itu cukup, menjadi alasanku menangis.
Hidup yang kujalani bersamamu, seakan itu adalah hidup yang terakhir dari takdir yang kupunya. Aku bahagia dengannya, dan semua berhenti disana. Semakin ke depan, sudah semakin tak terasa. Miyanhae.. really sorry..
 Saranghae..
 Me, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar