Awal tahun 2012 ini menjadi bulan surga bagi
pecinta durian. Bagaimana tidak, hampir di seluruh pelosok Jawa Timur, seperti
di Madura, Mojokerto, Jombang, Gresik, dan beberapa kota lain, durian sedang kleleran di mana-mana. Setelah musim
kemarau yang panjang, musim penghujan disambut dengan gembira membanjirnya buah
durian. Hmm, yummy.
Pun bagiku dan keluargaku, kami sebagai
penikmat durian merasa di atas awan. Durian yang manis dan lezat mudah ditemui
di mana-mana, juga dengan harga yang cukup miring. Di Wonosalam misalnya, ini
tempat yang sangat pantas disebut surga durian. Harga durian lezat disini berkisar antara lima belas hingga lima puluh ribu rupiah.
My sista, di bawah pohon durian |
Selain rimbunnya durian, sepanjang jalan yang
kami lalui sungguh asri. Pepohonan yang tak terlalu tinggi tumbuh subur dan
meneduhkan jalan dari sinar matahari. Tak hanya itu, ratusan kupu-kupu terbang
kesana kemari memenuhi sepanjang jalan. Kami seperti memasuki taman penangkaran
kupu-kupu. Kupu-kupu disini berwarna kuning terang dan kuning tua. Hanya dua jenis
itu yang terlihat. Aku dan kakak perempuanku yang sama-sama menggilai kupu-kupu
tersenyum kegirangan.
Naik motor lebih seru |
Travelling bareng si merah memang oke..! |
Wonosalam
adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini terletak di
dataran tinggi di sebelah tenggara Kota Jombang. Dari Surabaya, jarak tempuhnya
sekitar 70 Km. Untuk kesanapun tak cukup sulit, dari arah Surabaya, sebelum
masuk ke Mojoagung, ada pertigaan Lengkong, belok kiriakan mengarah langsung ke Wonosalam sejauh 15 Km.
Menurut kabar, Kecamatan Wonosalam memang
penghasil durian yang perlu diperhitungkan. Selain itu, kawasan Wonosalam
juga mempunyai potensi untuk menjadi daerah wisata khususnya agrowisata karena
mayoritas penduduknnya adalah petani. Selain durian, di kawasan
Wonosalam ini merupakan penghasil cengkeh, kopi
dan pisang. Wah, sungguh wisata alam yang menggugah selera ya.
Durian Wonosalam memang tak ada duanya. Durian yang dijual di sini rata-rata matang di pohon. Jadi tanpa
ada rekayasa untuk mempercepat kematangannya. Rasa dan bau duriannya sungguh
khas, matangnya pas dan tak sampai terbelah. Daging duriannya lembut dan
tebal, tidak terlalu garing ataupun lembek, rasanya legit dan sedikit ada rasa
pahitnya. Rasa pahit memang menjadi penggugah lain dalam selera memakan durian.
Benar-benar maknyus.
Sudah menjadi niatku dan dua saudaraku untuk hunting durian ke Wonosalam. Tapi,
ditengah jalan ternyata hati kami membelot.
Selagi asyik memilih-milih durian di sepanjang jalan, di sebuah tikungan yang
cukup tajam, kami ditakjubkan oleh sebuah panorama yang indah. Kelezatan durian
pun tak mampu mengalahkan keinginan hati kami untuk berbelok dan memarkir
sepeda motor. Tentu bukan karena kami menolak durian. Sehari sebelumnya, ibu
kami sudah memborong durian dari sini, jadi kami tak khawatir tak bisa menyantap
durian khas Wonosalam ini, hihihi.
Sang Arjuna yang memikat |
Kami yang tinggal di kecamatan Gemekan,
Sooko, Mojokerto, tak pernah menyangka bahwa di jarak 15 km dari rumah kami,
ada tempat semenawan ini. Dengan jarak tempuh sekitar 15-20 menit, kami bisa melihat
kemegahan gunung Arjuna, gunung yang sering dijadikan objek mendaki di Jawa
Timur. Posisi kami sendiripun ternyata di salah satu lereng gunung Anjasmara
yang indah. Asri, sejuk, dan kini penuh kumbang disekeliling kami. Di seberang
sana, gunung Arjuno yang agung juga terlihat menawan. Dengan biaya parkir Rp
5.000,- kami bisa langsung menjajaki tanah kecoklatan khas tanah pertanian.
Sungai kecil itu gemericiknya sampai ke atas lereng |
My sista n' brother |
Dilihat dari Wonosalam sini, dua gunung besar
ini terpisah oleh sebuah sungai kecil yang alirannya cukup deras. Airnya jernih
dan pasti segar. Bebatuan khas sungai memecah aliran air yang mengalir bening,
menciptakan suara-suara segar, yang memenuhi sekeliling gunung. Sayang kami tak
jadi turun, karena tak ada persiapan fisik maupun logistik. Untuk turun, kami perkirakan
jaraknya hanya 500-700m, tapi itu sungguh jarak yang jauh untuk kembali naik ke
atas. Kami hanya berputar-putar di atas, dan sedikit menuruni jalan setapak
untuk berfoto. Itupun, kami sudah ngos-ngosan
ketika kembali ke atas.
Jalan setapak yang mendaki |
Di lereng gunung Arjuna juga bisa dilihat
mata air yang mengalir panjang dari puncak lereng hingga ke bawah. Seandainya bisa
menyebrang dengan sekejap, sudah pasti kami akan segera ngendon di sana.
Sisi Sang Arjuna |
Sayangnya tak ada
kamera yang memadai untuk mengabadikan sajian alam ini. Hanya dengan kamera HP,
kami sempat narsis berlenggak-lenggok dengan background dua gunung ini, Arjuna dan Anjasmara. Namun cukuplah,
untuk menghadirkan kembali moment tersebut
dalam ingatan.
Me n' brother |
Cabang-cabang pohon yang juga unik |
Beberapa
saat kemudian, kami dikejutkan seorang kakek yang sempat mengenalkan diri
sebagai penjaga gua Si Golo-golo, yang katanya tepat berada di bawah kami
berdiri. Waaah, ternyata tak sampai
di sini ya pesona alam lereng ini. Kata kakek itu, ada 7 lorong gua Si Golo-golo
sekaligus yang bisa kami kunjungi. Setelah berpikir sejenak, kami tak jadi ikut
beliau, namun berjanji akan mengobati penasaran kami lain waktu. Beliaupun
menganjurkan untuk datang lagi dengan bersepatu, dan tidak memakai rok, hihihi. Kata beliau, sudah banyak sebelah
atau sepasang sandal tertinggal yang beliau tambal dan dijual kembali untuk
sekedar membeli kopi. Lumayan ya kek, untuk saku tambahan.
Sang kakek sedang bercerita, gua Si Golo-golo ada di bawah sini Gua Si Golo-golo (sumber lain) |
Nah, yang mau kesana, boleh kok minta aku jadi guide-nya. Asal ditraktir durian ya ^,^
Mojokerto, 3 Januari 2010
Yuli Ramahayu
hee''emmm seperti nya asyik....
BalasHapusWonosalam, it's my lovely kampong :)
BalasHapusSalam, more info about Wonosalam Durian :)
http://pencangkul.blogspot.com/2007/12/durian-wonosalam-mengapa-lebih-mahal.html
http://pencangkul.blogspot.com/2012/02/ken-duren-wonosalam-semarak-kenduri.html
http://pencangkul.blogspot.com/2012/01/mau-berburu-durian-bido-wonosalam.html