Senin, 02 Januari 2012

Wonosalam - Surga Durian


Awal tahun 2012 ini menjadi bulan surga bagi pecinta durian. Bagaimana tidak, hampir di seluruh pelosok Jawa Timur, seperti di Madura, Mojokerto, Jombang, Gresik, dan beberapa kota lain, durian sedang kleleran di mana-mana. Setelah musim kemarau yang panjang, musim penghujan disambut dengan gembira membanjirnya buah durian. Hmm, yummy.
Pun bagiku dan keluargaku, kami sebagai penikmat durian merasa di atas awan. Durian yang manis dan lezat mudah ditemui di mana-mana, juga dengan harga yang cukup miring. Di Wonosalam misalnya, ini tempat yang sangat pantas disebut surga durian. Harga durian lezat disini berkisar antara lima belas hingga lima puluh ribu rupiah.
My sista, di bawah pohon durian
Selain rimbunnya durian, sepanjang jalan yang kami lalui sungguh asri. Pepohonan yang tak terlalu tinggi tumbuh subur dan meneduhkan jalan dari sinar matahari. Tak hanya itu, ratusan kupu-kupu terbang kesana kemari memenuhi sepanjang jalan. Kami seperti memasuki taman penangkaran kupu-kupu. Kupu-kupu disini berwarna kuning terang dan kuning tua. Hanya dua jenis itu yang terlihat. Aku dan kakak perempuanku yang sama-sama menggilai kupu-kupu tersenyum kegirangan. 
Naik motor lebih seru
Travelling bareng si merah memang oke..!
 Wonosalam adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini terletak di dataran tinggi di sebelah tenggara Kota Jombang. Dari Surabaya, jarak tempuhnya sekitar 70 Km. Untuk kesanapun tak cukup sulit, dari arah Surabaya, sebelum masuk ke Mojoagung, ada pertigaan Lengkong, belok kiriakan mengarah langsung ke Wonosalam sejauh 15 Km.
Menurut kabar, Kecamatan Wonosalam memang penghasil durian yang perlu diperhitungkan. Selain itu, kawasan Wonosalam juga mempunyai potensi untuk menjadi daerah wisata khususnya agrowisata karena mayoritas penduduknnya adalah petani. Selain durian, di kawasan Wonosalam ini merupakan penghasil cengkeh, kopi dan pisang. Wah, sungguh wisata alam yang menggugah selera ya.
Durian Wonosalam memang tak ada duanya. Durian yang dijual di sini rata-rata matang di pohon. Jadi tanpa ada rekayasa untuk mempercepat kematangannya. Rasa dan bau duriannya sungguh khas, matangnya pas dan tak sampai terbelah. Daging duriannya lembut dan tebal, tidak terlalu garing ataupun lembek, rasanya legit dan sedikit ada rasa pahitnya. Rasa pahit memang menjadi penggugah lain dalam selera memakan durian. Benar-benar maknyus.
Sudah menjadi niatku dan dua saudaraku untuk hunting durian ke Wonosalam. Tapi, ditengah jalan ternyata hati kami membelot. Selagi asyik memilih-milih durian di sepanjang jalan, di sebuah tikungan yang cukup tajam, kami ditakjubkan oleh sebuah panorama yang indah. Kelezatan durian pun tak mampu mengalahkan keinginan hati kami untuk berbelok dan memarkir sepeda motor. Tentu bukan karena kami menolak durian. Sehari sebelumnya, ibu kami sudah memborong durian dari sini, jadi kami tak khawatir tak bisa menyantap durian khas Wonosalam ini, hihihi.
Sang Arjuna yang memikat
 Kami yang tinggal di kecamatan Gemekan, Sooko, Mojokerto, tak pernah menyangka bahwa di jarak 15 km dari rumah kami, ada tempat semenawan ini. Dengan jarak tempuh sekitar 15-20 menit, kami bisa melihat kemegahan gunung Arjuna, gunung yang sering dijadikan objek mendaki di Jawa Timur. Posisi kami sendiripun ternyata di salah satu lereng gunung Anjasmara yang indah. Asri, sejuk, dan kini penuh kumbang disekeliling kami. Di seberang sana, gunung Arjuno yang agung juga terlihat menawan. Dengan biaya parkir Rp 5.000,- kami bisa langsung menjajaki tanah kecoklatan khas tanah pertanian.
Sungai kecil itu gemericiknya sampai ke atas lereng
My sista n' brother

Dilihat dari Wonosalam sini, dua gunung besar ini terpisah oleh sebuah sungai kecil yang alirannya cukup deras. Airnya jernih dan pasti segar. Bebatuan khas sungai memecah aliran air yang mengalir bening, menciptakan suara-suara segar, yang memenuhi sekeliling gunung. Sayang kami tak jadi turun, karena tak ada persiapan fisik maupun logistik. Untuk turun, kami perkirakan jaraknya hanya 500-700m, tapi itu sungguh jarak yang jauh untuk kembali naik ke atas. Kami hanya berputar-putar di atas, dan sedikit menuruni jalan setapak untuk berfoto. Itupun, kami sudah ngos-ngosan ketika kembali ke atas.
Jalan setapak yang mendaki

Di lereng gunung Arjuna juga bisa dilihat mata air yang mengalir panjang dari puncak lereng hingga ke bawah. Seandainya bisa menyebrang dengan sekejap, sudah pasti kami akan segera ngendon di sana.
Sisi Sang Arjuna
 Sayangnya tak ada kamera yang memadai untuk mengabadikan sajian alam ini. Hanya dengan kamera HP, kami sempat narsis berlenggak-lenggok dengan background dua gunung ini, Arjuna dan Anjasmara. Namun cukuplah, untuk menghadirkan kembali moment tersebut dalam ingatan.
Me n' brother

Cabang-cabang pohon yang juga unik
           Beberapa saat kemudian, kami dikejutkan seorang kakek yang sempat mengenalkan diri sebagai penjaga gua Si Golo-golo, yang katanya tepat berada di bawah kami berdiri. Waaah, ternyata tak sampai di sini ya pesona alam lereng ini. Kata kakek itu, ada 7 lorong gua Si Golo-golo sekaligus yang bisa kami kunjungi. Setelah berpikir sejenak, kami tak jadi ikut beliau, namun berjanji akan mengobati penasaran kami lain waktu. Beliaupun menganjurkan untuk datang lagi dengan bersepatu, dan tidak memakai rok, hihihi. Kata beliau, sudah banyak sebelah atau sepasang sandal tertinggal yang beliau tambal dan dijual kembali untuk sekedar membeli kopi. Lumayan ya kek, untuk saku tambahan. 
Sang kakek sedang bercerita, gua Si Golo-golo ada di bawah sini
 Gua Si Golo-golo (sumber lain)
Nah, yang mau kesana, boleh kok minta aku jadi guide-nya. Asal ditraktir durian ya ^,^

Mojokerto, 3 Januari 2010

Yuli Ramahayu

2 komentar:

  1. Wonosalam, it's my lovely kampong :)

    Salam, more info about Wonosalam Durian :)
    http://pencangkul.blogspot.com/2007/12/durian-wonosalam-mengapa-lebih-mahal.html
    http://pencangkul.blogspot.com/2012/02/ken-duren-wonosalam-semarak-kenduri.html
    http://pencangkul.blogspot.com/2012/01/mau-berburu-durian-bido-wonosalam.html

    BalasHapus